Sejarah agama Buddha mulai dari abad ke-6 SM sampai sekarang dari lahirnya sang Buddha Siddharta Gautama. Dengan ini, ini adalah salah satu agama tertua yang masih dianut di dunia. Selama masa ini, agama ini sementara berkembang, unsur kebudayaan India, ditambah dengan unsur-unsur kebudayaan Helenistik (Yunani), Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Tenggara. Dalam proses perkembangannya ini, agama ini praktis telah menyentuh hampir seluruh benua Asia. Sejarah agama Buddha juga ditandai dengan perkembangan banyak aliran dan mazhab, serta perpecahan-perpecahan. Yang utama di antaranya adalah aliran tradisi Theravada ,Mahayana, dan Vajrayana (Bajrayana), yang sejarahnya ditandai dengan masa pasang dan surut.
Kehidupan Buddha
Setelah kehidupan awalnya yang penuh kemewahan di bawah perlindungan ayahnya, raja Kapilavastu (kemudian hari digabungkan pada kerajaan Magadha), Siddharta melihat kenyataan kehidupan sehari-hari dan menarik kesimpulan bahwa kehidupan nyata, pada hakekatnya adalah kesengsaraan yang tak dapat dihindari. Siddharta kemudian meninggalkan kehidupan mewahnya yang tak ada artinya lalu menjadi seorang pertapa. Kemudian ia berpendapat bahwa bertapa juga tak ada artinya, dan lalu mencari jalan tengah (majhima patipada ). Jalan tengah ini merupakan sebuah kompromis antara kehidupan berfoya-foya yang terlalu memuaskan hawa nafsu dan kehidupan bertapa yang terlalu menyiksa diri.
Di bawah sebuah pohon bodhi, ia berkaul tidak akan pernah meninggalkan posisinya sampai ia menemukan Kebenaran. Pada usia 35 tahun, ia mencapai Pencerahan. Pada saat itu ia dikenal sebagai Gautama Buddha, atau hanya "Buddha" saja, sebuah kata dalamSanskerta yang berarti "ia yang sadar" (dari kata budh+ta).
Untuk 45 tahun selanjutnya, ia menelusuri dataran Gangga di tengah India (daerah mengalirnya sungai Gangga dan anak-anak sungainya), sembari menyebarkan ajarannya kepada sejumlah orang yang berbeda-beda.
Keengganan Buddha untuk mengangkat seorang penerus atau meresmikan ajarannya mengakibatkan munculnya banyak aliran dalam waktu 400 tahun selanjutnya: pertama-tama aliran-aliran mazhab Buddha Nikaya, yang sekarang hanya masih tersisa Theravada, dan kemudian terbentuknya mazhab Mahayana, sebuah gerakan pan-Buddha yang didasarkan pada penerimaan kitab-kitab baru.
Tahap awal agama Buddha
Sebelum disebarkan di bawah perlindungan maharaja Asoka pada abad ke-3 SM, agama Buddha kelihatannya hanya sebuah fenomena kecil saja, dan sejarah peristiwa-peristiwa yang membentuk agama ini tidaklah banyak tercatat. Dua konsili (sidang umum) pembentukan dikatakan pernah terjadi, meski pengetahuan kita akan ini berdasarkan catatan-catatan dari kemudian hari. Konsili-konsili (juga disebut pasamuhan agung) ini berusaha membahas formalisasi doktrin-doktrin Buddhis, dan beberapa perpecahan dalam gerakan Buddha.
Konsili Buddha Pertama (abad ke-5 SM)
Konsili pertama Buddha diadakan tidak lama setelah Buddha wafat di bawah perlindungan raja Ajatasattu dari Kekaisaran Magadha, dan dikepalai oleh seorang rahib bernamaMahakassapa, di Rajagaha(sekarang disebut Rajgir). Tujuan konsili ini adalah untuk menetapkan kutipan-kutipan Buddha (sutta (Buddha)) dan mengkodifikasikan hukum-hukummonastik (vinaya): Ananda, salah seorang murid utama Buddha dan saudara sepupunya, diundang untuk meresitasikan ajaran-ajaran Buddha, dan Upali, seorang murid lainnya, meresitasikan hukum-hukum vinaya. Ini kemudian menjadi dasar kanon Pali, yang telah menjadi teks Referensi dasar pada seluruh masa sejarah agama Buddha.
Konsili Kedua Buddha (383 SM)
Konsili kedua Buddha diadakan oleh raja Kalasoka di Vaisali, mengikuti konflik-konflik antara mazhab tradisionalis dan gerakan-gerakan yang lebih liberal dan menyebut diri mereka sendiri kaum Mahasanghika.
Mazhab-mazhab tradisional menganggap Buddha adalah seorang manusia biasa yang mencapai pencerahan, yang juga bisa dicapai oleh para bhiksu yang mentaati peraturan monastik dan mempraktikkan ajaran Buddha demi mengatasi samsara dan mencapai arhat. Namun kaum Mahasanghika yang ingin memisahkan diri, menganggap ini terlalu individualistis dan egois. Mereka menganggap bahwa tujuan untuk menjadi arhat tidak cukup, dan menyatakan bahwa tujuan yang sejati adalah mencapai status Buddha penuh, dalam arti membuka jalan paham Mahayana yang kelak muncul. Mereka menjadi pendukung peraturan monastik yang lebih longgar dan lebih menarik bagi sebagian besar kaum rohaniwan dan kaum awam (itulah makanya nama mereka berarti kumpulan "besar" atau "mayoritas").
Konsili ini berakhir dengan penolakan ajaran kaum Mahasanghika. Mereka meninggalkan sidang dan bertahan selama beberapa abad di Indian barat laut dan Asia Tengahmenurut prasasti-prasasti Kharoshti yang ditemukan dekat Oxus dan bertarikh abad pertama.
PARITTA KEBAKTIAN UMUM 1. PEMBUKAAN Pemimpin Kebaktian memberi tanda kebaktian dimulai (dengan gong, lonceng dan sebagainya). Pemimpin Kebaktian menyalakan lilin, dupa dan melektakkan dupa di tempatnya, sementara hadirin duduk dan bertumpu lutut dengan bersikap a¤jali. Setelah dupa diletakkan di tempatnya, Pemimpin Kebaktian beserta para hadirin menghormat dengan menundukkan kepala (sikap a¤jali dengan menyentuh dahi). 2. NAMAKâRA GâTHâ Arahaÿ Sammà Sambuddho Bhagavà, Buddhaÿ Bhagavantaÿ abhivàdemi. (namaskàra) Svàkkhàto Bhagavatà Dhammo, Dhammaÿ namassàmi. (namaskàra) Supañipanno Bhagavato sàvakasaïgho, Saïghaÿ namàmi. (namaskàra) DOA SUJUD Sang Bhagavà, Yang Maha Suci, Yang telah mencapai penerangan sempurna; aku bersujud di hadapan Sang Buddha, Sang Bhagavà. (bersujud) Dhamma telah sempurna dibabarkan oleh Sang Bhagavà; aku bersujud di hadapan Dhamma. (bersujud) Saïgha siswa Sang Bhagavà telah bertindak sempurna; aku bersujud di hadapan Saïgha. (bersujud) *) Sikap dalam namaskara : 1. lutut, 2. ujung jari-jari kaki, 3. dahi, 4. siku, 5. telapak tangan, menyentuh lantai. 3. PæJâ GâTHâ Yamamha kho mayaÿ Bhagavantaÿ saraõaÿ gatà, Uddissa pabbajjità yo no Bhagavà satthà, yassa ca mayaÿ Bhagavato Dhammaÿ rocema, imehi sakkàrehi taÿ Bhagavantaÿ sasadhammaÿ sasàvaka-saïghaÿ abhipåjayàma. SYAIR PERSEMBAHAN Kami berlindung kepada Sang Bhagavà. Dengan meninggalkan rumah untuk menempuh kehidupan suci, kami menjunjung Sang Bhagavà. Dalam Dhamma Sang Bhagavà kami berbahagia. Dengan persembahan ini kami melakukan puja kepada Sang Bhagavà, Dhamma sejati serta Saïgha para siswa. 4. PUBBABHâGANAMAKâRA Pemimpin Kebaktian : Handa mayaÿ Buddhasa Bhagavato pubbabhàganamakàraÿ karoma se. Marilah kita mengucapkan penghormatan awal kepada Sang Buddha, Sang Bhagavà Bersama-sama : Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammà Sambuddhassa (tiga kali) PENGHORMATAN AWAL Terpujilah Sang Bhagavà, Yang Maha Suci, Yang telah mencapai Penerangan Sempurna. (tiga kali) 5. TISARAöA Pemimpin Kebaktian : Handa mayaÿ tisaraõagamanapàñham karoma se. Marilah kita mengucapkan Tiga Perlindungan. Bersama-sama : Buddhaÿ saraõaÿ gacchàmi Dhammaÿ saraõaÿ gacchàmi Saïghaÿ saraõaÿ gacchàmi Dutiyampi Buddhaÿ saraõaÿ gacchàmi Dutiyampi Dhammaÿ saraõaÿ gacchàmi Dutiyampi Saïghaÿ saraõaÿ gacchàmi Tatiyampi Buddhaÿ saraõaÿ gacchàmi Tatiyampi Dhammaÿ saraõaÿ gacchàmi Tatiyampi Saïghaÿ saraõaÿ gacchàmi TIGA PERLINDUNGAN Aku berlindung kepada Buddha Aku berlindung kepada Dhamma Aku berlindung kepada Saïgha Untuk kedua kalinya aku berlindung kepada Buddha Untuk kedua kalinya aku berlindung kepada Dhamma Untuk kedua kalinya aku berlindung kepada Saïgha Untuk ketiga kalinya aku berlindung kepada Buddha Untuk ketiga kalinya aku berlindung kepada Dhamma Untuk ketiga kalinya aku berlindung kepada Saïgha 6. PA¥CASäLA Pemimpin Kebaktian : Handamayaÿ pa¤casikkhàpadapàñham karoma se. Marilah kita mengucapkan kelima latihan Sila. Bersama-sama : Pànàtipàtà veramaõã sikkhàpadaÿ samàdiyàmi Adinnàdànà veramaõã sikkhàpadaÿ samàdiyàmi Kàmesu micchàcàrà veramaõã sikkhàpadaÿ samàdiyàmi Musàvàdà veramaõã sikkhàpadaÿ samàdiyàmi Surāmeraya majjapamādatthānā veramaõã sikkhà-padaÿ samàdiyàmi LIMA LATIHAN SILA Aku bertekad akan melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup. Aku bertekad akan melatih diri menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan. Aku bertekad akan melatih diri menghindari perbuatan asusila. Aku bertekad akan melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar. Aku bertekad akan melatih diri menghindari segala minuman keras yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran. 7. BUDDHâNUSSATI Pemimpin Kebaktian : Handa mayaÿ Buddhànussatinayaÿ karoma se. Marilah kita merenungkan sifat-sifat mulia Buddha. Bersama-sama : Itipi so Bhagavà Arahaÿ Sammà-sambuddho, Vijjàcaraõasampanno Sugato lokavidå, Anuttaro Purisadammasàrathi Satthà devamanussà-naÿ Buddho Bhagavàti. PERENUNGAN TERHADAP SIFAT-SIFAT MULIA BUDDHA Demikianlah Sang Bhagavà, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna, sempurna pengetahuan serta tindak-tandukNya, sempurna menempuh Sang Jalan (ke Nibbàna), Pengenal Segenap Alam, Pembimbing Manusia Yang Tiada Taranya, Guru para dewa dan manusia, Yang Sadar (Bangun), Yang Patut Dimuliakan. 8. DHAMMâNUSSATI Pemimpin Kebaktian : Handa mayaÿ Dhammànussatinayaÿ karoma se. Marilah kita merenungkah sifat-sifat mulia Dhamma. Bersama-sama : Svàkkhàto Bhagavatà Dhammo, Sandiññhiko akàliko ehipassiko, Opanayiko paccattaÿ veditabbo vi¤¤uhãti. PERENUNGAN TERHADAP SIFAT-SIFAT MULIA DHAMMA Dhamma Sang Bhagavà telah sempurna dibabarkan; berada sangat dekat, tak lapuk oleh waktu, mengundang untuk dibuktikan; menuntun ke dalam batin, dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing. 9. SAðGHâNUSSATI Pemimpin Kebaktian : Handa mayaÿ Saïghànussatinayaÿ karoma se. Marilah kita merenungkah sifat-sifat mulia Saïgha. Bersama-sama : Supañipanno Bhagavato sàvakasaïgho, Ujupañipanno Bhagavato sàvakasaïgho, ¥àyapañipanno Bhagavato sàvakasaïgho, Sàmicipañipanno Bhagavato sàvakasaïgho. Yadidaÿ: cattàri purisayugàni aññapurisa puggalà, Esa Bhagavato sàvakasaïgho, àhuneyyo pàhuneyyo dakkhiõeyyo a¤jalikaraõiyyo. Anuttaraÿ pu¤¤a-kkhettaÿ lokassàti. PERENUNGAN TERHADAP SIFAT-SIFAT MULIA SAðGHA Saïgha siswa Sang Bhagavà telah bertindak baik Saïgha siswa Sang Bhagavà telah bertindak lurus Saïgha siswa Sang Bhagavà telah bertindak benar Saïgha siswa Sang Bhagavà telah bertindak patut. Yaitu: empat pasang makhluk, terdiri delapan jenis makhluk suci(*). Itulah Saïgha siswa Sang Bhagavà; Patut menerima pemberian, tempat bernaung, persembahan serta penghormatan. Lapangan untuk menanam jasa yang tiada taranya di dunia. (*) Mereka disebut Ariya Saïgha, makhluk-makhluk yang telah mencapai Sotàpatti Magga dan Phala, Sakàdàgami Magga dan Phala, ânàgami Magga dan Phala dan Arahatta Magga dan Phala. 10. SACCAKIRIYA GâTHâ Pemimpin Kebaktian : Handa mayaÿ saccakiriyagàthàyo karoma se. Marilah kita mengucapkan Pernyataan Kebenaran.. Bersama-sama : Natthi me saraõaÿ a¤¤aÿ Buddho me saraõaÿ varaÿ Etena saccavajjena Sotthi me/te hotu sabbadà Natthi me saraõaÿ a¤¤aÿ Dhammo me saraõaÿ varaÿ Etena saccavajjena Sotthi me/te hotu sabbadà Natthi me saraõaÿ a¤¤aÿ Saïgho me saraõaÿ varaÿ Etena saccavajjena Sotthi me/te hotu sabbadà PERNYATAAN KEBENARAN Tiada perlindung lain bagiku, Sang Buddha-lah sesungguhnya pelindungku. Berkat kesungguhan pernyataan ini, semoga aku/anda selamat sejahtera. Tiada perlindung lain bagiku, Dhamma-lah sesungguhnya pelindungku. Berkat kesungguhan pernyataan ini, semoga aku/anda selamat sejahtera. Tiada perlindung lain bagiku, Saïgha-lah sesungguhnya pelindungku. Berkat kesungguhan pernyataan ini, semoga aku/anda selamat sejahtera. 11. MAðGALA SUTTA Pemimpin Kebaktian : Handa mayaÿ maïgala suttaÿ bhaõàma se. Marilah kita mengucapkan Sutta tentang Berkah Utama. Bersama-sama : Evamme suttaÿ. Ekaÿ samayaÿ Bhagavà Sàvatthiyaÿ viharati Jetavane Anàthapiõóikassa àràme. Atha kho a¤¤atàrà devatà abhikkantàya rattiyà, abhikkantavaõõà kevalakappaÿ Jetavanaÿ obhàsetva, yena Bhagavà, Tenupasaïkami; upasaïkamitvà Bhagavantaÿ abhivàdetvà ekamantaÿ aññhàsi. Ekamantaÿ ñhità kho sà devatà Bhagavantaÿ gàthàya ajjhabhàsi: Bahå devà manussà ca Maïgalàni acintayuÿ âkaïkhamànà sotthànaÿ Bråhi maïgalamuttamaÿ Asevanà ca bàlànaÿ Paõóitàna¤ca sevanà Påjà ca påjaniyànaÿ Etammaïgalamuttamaÿ. Pañiråpadesavàso ca Pubbe ca katapu¤¤atà Attasamàpaõidhi ca Etammaïgalamuttamaÿ. Bàhusacca¤ca sippa¤ca Vinayo ca susikkhito Subhàsità ca yà vàcà Etammaïgalamuttamaÿ. Màtà pitu upaññhànaÿ Puttadàrassa saïgaho Anàkulà ca kammantà Etammaïgalamuttamaÿ. Dàna¤ca Dhammacariyà ca ¥àtakàna¤ca saïgaho Anavajjàni kammàni Etammaïgalamuttamaÿ. ârati viratã pàpà Majjapànà ca sa¤¤amo Apamàdo ca dhammesu Etammaïgalamuttamaÿ. Gàravo ca nivàto ca Santuññhã ca kata¤¤utà Kàlena Dhammassavanaÿ Etammaïgalamuttamaÿ. Khanti ca sovaccassatà Samaõàna¤ca dassanaÿ Kàlena Dhammasàkacchà Etammaïgalamuttamaÿ. Tapo ca brahmacariya¤ca Ariyasaccàna dassanaÿ Nibbànasacchikiriyà ca Etammaïgalamuttamaÿ. Phuññhassa lokadhammehi Cittaÿ yassa na kampati Asokaÿ virajaÿ khemaÿ Etammaïgalamuttamaÿ. Etàdisàni katvàna Sabbatthamaparàjità Sabbattha sotthiÿ gacchanti Tantesaÿ maïgalamuttaman’ti. KHOTBAH TENTANG BERKAH UTAMA Demikianlah telah kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagavà menetap di dekat Savatthi di hutan Jeta di Vihara Anàthapindika. Maka datanglah dewa, ketika hari menjelang pagi, dengan cahaya yang cemerlang menerangi seluruh hutan Jeta. Menghampiri Sang Bhagavà dan menghormat Beliau, lalu berdiri di satu sisi. Sambil berdiri di satu sisi, dewa itu berkata kepada Sang Bhagavà dalam syair ini:Banyak dewa dan manusia, berselisih paham tentang berkah yang diharap membawa keselamatan, terangkanlah, apakah berkah utama itu? “Tak bergaul dengan orang yang tak bijaksana, bergaul dengan mereka yang bijaksana Menghormat kepada mereka yang patut dihormat, itulah berkah utama. Hidup di tempat yang sesuai, berkat jasa-jasa dalam kehidupan yang lampau, Menuntun diri ke arah yang benar, itulah berkah utama. Memiliki pengetahuan dan keterampilan, terlatih baik dalam tata susila, Ramah tamah dalam ucapan, itulah berkah utama. Membantu ayah dan ibu, menyokong anak dan istri, Bekerja bebas dari pertentangan, itulah berkah utama. Berdana dan hidup sesuai dengan Dhamma, menolong sanak keluarga, Bekerja tanpa cela, itulah berkah utama. Menjauhi, tak melakukan kejahatan, menghindari minuman keras, Tekun melaksanakan Dhamma, itulah berkah utama. Selalu hormat dan rendah hati, merasa puas dan berterima kasih, Mendengarkan Dhamma pada saat yang sesuai, itulah berkah utama. Sabar, rendah hati bila diperingatkan, mengunjungi para pertapa, Membahas dhamma pada saat yang sesuai, itulah berkah utama. Bersemangat menjalankan hidup suci, menembus Empat Kesunyataan Mulia, Serta mencapai Nibbàna, itulah berkah utama. Meski digoda oleh hal-hal duniawi, namun batin tak tergoyahkan Tiada susah, tanpa noda, penuh damai, itulah berkah utama. Karena dengan mengusahakan hal-hal itu, manusia tak terkalahkan di mana pun juga, Serta berjalan aman kemana juga, itulah berkah utama.” 12. KARAöäYAMETTA SUTTA Pemimpin Kebaktian : Handa mayaÿ karaõãyamettasuttaÿ bhaõàma se. Marilah kita mengucapkan Sutta tentang Kasih Sayang yang harus dikembangkan.Bersama-sama : Karaõãyamatthakusalena yantaÿ santaÿ padaÿ abhisamecca, Sakko ujå ca suhujå ca suvaco cassa mudu anatimànã, Santussako ca subharo ca appakicco ca sallahukavutti, Santindriyo ca nipako ca appagabbho kulesu ananugiddho, Na ca khuddaÿ samàcare ki¤ci yena vi¤¤å pare upavadeyyuÿ, Sukhino và khemino hontu sabbe sattà bhavantu sukhitattà, Ye keci pàõabhåtatthi tasà và thàvarà và anavasesà, Dãghà và ye mahantà và majjhimà rassakà anukathålà, Diññhà và ye va adiññhà ye ca dåre vasanti avidåre, Bhåtà và sambhavesã và sabbe sattà bhavantu sukhitattà, Na paro paraÿ nikubbetha nàtima¤¤etha katthaci naÿ ka¤ci, Byàrosanà pañãghasa¤¤à nतama¤¤assa dukkhamiccheyya, Màtà yathà niyaÿ puttaÿ àyusà ekaputtamanurakkhe, Evampi sabbabhåtesu mànasambhàvaye aparimàõaÿ, Metta¤ca sabbalokasmiÿ mànasambhàvaye aparimàõaÿ, Uddhaÿ adho ca tiriya¤ca asambhàdhaÿ averaÿ asapattaÿ, Tiññha¤caraÿ nisinno và sayàno và yàvatassa vigatamiddho, Etaÿ satiÿ adhiññheyya brahmametaÿ vihàraÿ idhamàhu, Diññhi¤ca anupagamma sãlavà dassanena sampanno, Kàmesu vineyya gedhaÿ na hi jàtu gabbhaseyyaÿ punaretãti. SUTTA TENTANG KASIH SAYANG YANG HARUS DIKEMBANGKAN Inilah yang harus dikerjakan oleh mereka yang tangkas dalam kebajikan, Untuk mencapai ketenangan. Ia harus mampu, jujur, sungguh jujur; rendah hati, lemah lembut, tiada sombong. Merasa puas, mudah disokong/dilayani; tiada sibuk, sederhana hidupnya, Tenang inderanya, berhati-hati; tahu malu, tak melekat pada keluarga. Tak berbuat kesalahan walaupun kecil, yang dapat dicela oleh Para Bijaksana, Hendaklah ia berpikir: Semoga semua makhluk berbahagia dan tentram, Semoga semua makhluk berbahagia. Makhluk hidup apa pun juga, yang lemah dan kuat tanpa kecuali, Yang panjang atau besar; yang sedang, pendek, kecil atau gemuk. Yang tampak atau tak tampak, yang jauh atau pun dekat, Yang terlahir atau yang akan lahir, semoga semua makhluk berbahagia. Jangan menipu orang lain, atau menghina siapa saja, Jangan karena marah dan benci, mengharap orang lain celaka. Bagaikan seorang ibu yang mempertaruhkan jiwanya, melindungi anaknya yang tunggal, Demikianlah terhadap semua makhluk, Dipancarkannya pikiran (kasih sayangnya) tanpa batas. Kasih sayangnya ke segenap alam semesta, dipancarkannya pikiran itu tanpa batas, Ke atas, ke bawah dan ke sekeliling; tanpa rintangan, tanpa benci dan permusuhan. Selagi berdiri, berjalan atau duduk; atau berbaring, selagi tiada lelap, Ia tekun mengembangkan kesadaran ini, yang dikatakan: Berdiam dalam Brahma. Tiada berpegang pada pandangan salah (tentang atta/aku), dengan sila dan pengelihatan yang sempurna, Hingga bersih dari nafsu indera,, ia tak akan lahir dalam rahim mana pun juga. 13. BRAHMA VIHâRAPHARAöâ Pemimpin Kebaktian : Handamayaÿ Brahmavihàrapharaõà bhaõàma se. Marilah kita memanjatkan peresepan kediaman luhur. Bersama-sama : (Mettà): Ahaÿ sukhito homi Niddukkho homi Avero homi Abyàpajjho homi Anãgho homi Sukhi attànaÿ pariharàmi Sabbe sattà sukhità hontu Niddhukkà hontu Averà hontu Abyàpajjhà hontu Anãghà hontu Sukhã attànaÿ pariharantu (Karunà): Sabbe sattà Dukkhà pamuccantu (Mudità): Sabbe sattà Mà laddhasampattito Vigacchantu (Upekkhà): Sabbe sattà Kammassakà Kammadàyàdà Kammayonã Kammabandhå Kammapañisaraõà Yaÿ kammaÿ karissanti Kalyànaÿ và pàpakaÿ và Tassa dàyàdà bhavissanti PERESAPAN KEDIAMAN LUHUR (Cinta kasih) Semoga aku berbahagia, Bebas dari pederitaan, Bebas dari kebencian, Bebas dari penyakit, Bebas dari kesukaran, Semoga aku dapat mempertahankan kebahagiaanku sendiri. Semoga semua makhluk berbahagia, Bebas dari penderitaan, Bebas dari kebencian, Bebas dari penyakit, Bebas dari kesukaran, Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaan mereka sendiri. (Belas kasihan) Semoga semua makhluk Bebas dari penderitaan. (Simpati) Semoga semua makhluk Tidak kehilangan kesejahteraan yang telah mereka peroleh. (Keseimbangan) Semua makhluk Memiliki karmanya sendiri, Mewarisi karmanya sendiri, Lahir dari karmanya sendiri, Berhubungan dengan karmanya sendiri, Terlindung oleh karmanya sendiri, Apappun karma yang diperbuatnya Baik atau buruk, Itulah yang akan diwarisinya. 14. ABHIöHAPACCAVEKKHAöA Pemimpin Kebaktian : Handa mayaÿ Abhiõhapaccavekkhanapàthaÿ bhanàma se. Marilah kita mengucapkan Perenungan Kerap Kali. Bersama-sama : Jaràdhammomhi Jaraÿ anatãto Byàdhidhammomhi Byàdhiÿ anatãto Maraõadhammomhi Maraõaÿ anatãto Sabbhehi me piyehi manàpehi nànàbhàvo vinàbhàvo Kammassakomhi Kammàdàyado Kammayoni Kammabandhu Kammapañisarano Yaÿ kammaÿ karissàmi Kalyàõaÿ và pàpakaÿ và Tassa dàyàdo bhavissàmãti Evaÿ amhehi abhiõhaÿ paccavekkhitabbhaÿ. PERENUNGAN SETIAP SAAT Aku akan menderita usia tua, Aku belum mengatasi usia tua, Aku akan menderita sakit, Aku belum mengatasi penyakit, Aku akan menderita kematian, Aku belum mengatasi kematian. Segala milikku yang kucintai dan kusenangi akan berubah, akan terpisah dariku. Aku adalah pemilik karmaku sendiri, Pewaris karmaku sendiri, Lahir dari karmaku sendiri, Berhubungan dengan karmaku sendiri, Terlindung oleh karmaku sendiri, Apa pun karma yang kuperbuat, Baik atau buruk, Itulah yang akan kuwarisi. Hendaklah ini kerap kali direnungkan. 15. METTâ BHâVANâ Imàya dhammànu dhamma patipattiyà buddhaÿ påjemi Imàya dhammànu dhamma patipattiyà dhammaÿ påjemi Imàya dhammànu dhamma patipattiyà saïghaÿ påjemi Imàya dhammànu dhamma patipattiyà màtà pitaro påjemi Imàya dhammànu dhamma patipattiyà àcariye påjemi Ahaÿ avero homi Abyàpajjho homi Anãgho homi Sukhã attànaÿ pariharàmi Mama màtà pitu âcariyàca, ¤àtimittàca Sabrahma càrinoca Averà hontu Abyàpajjhà hontu Anãghà hontu Sukhã attànaÿ pariharantu Imasmiÿ àràme, sabbe yogino Averà hontu Abyàpajjhà hontu Anãghà hontu Sukhã attànaÿ pariharantu Imasmiÿ àràme Sabbe bhikkhå Sàmaneràca Upàsakà upasikàyo ca Averà hontu Abyàpajjhà hontu Anãghà hontu Sukhã attànaÿ pariharantu Amhàkaÿ catuppaccaya dàyakà Averà hontu Abyàpajjhà hontu Anãghà hontu Sukhã attànaÿ pariharantu Amhàkaÿ àrakkha devatà Imasmiÿ vihàre Imasmiÿ àvàse Imasmiÿ àràme, àrakkha devatà Averà hontu Abyàpajjhà hontu Anãghà hontu Sukhã attànaÿ pariharantu Sabbe sattà Sabbe pànà Sabbe bhåtà Sabbe puggalà Sabbe attabhàva – pariyàpannà Sabbà itthiyo Sabbe purisà Sabbe ariyà Sabbe anariyà Sabbe devà Sabbe manussà Sabbe vinipàtikà Averà hontu Abyàpajjhà hontu Anãghà hontu Sukhã attànaÿ pariharantu Dukkhà muccantu Yathà laddha saÿpattito màvigacchantu Kammassakà Puratthimàya disàya Pacchimàya disàya Uttaràya disàya Dakkhinàya disàya Puratthimàya anudisàya Pacchimàya anudisàya Uttaràya anudisàya Dakkhinàya anudisàya Hetthimàya disàya Uparimàya disàya Sabbe sattà Sabbe pànà Sabbe bhåtà Sabbe puggalà Sabbe attabhàva – pariyàpannà Sabbà itthiyo Sabbe purisà Sabbe ariyà Sabbe anariyà Sabbe devà Sabbe manussà Sabbe vinipàtikà Averà hontu Abyàpajjhà hontu Anãghà hontu Sukhã attànaÿ pariharantu Dukkhà muccantu Yathà laddha sampattito màvigacchantu Kammassakà Uddhaÿ yàva bhavaggà ca Adho yàva avãcito Samantà cakkavàëesu Ye sattà pathavãcarà Abyàpajjhà niverà ca Niddukkhà ca nupaddavà Uddhaÿ yàva bhavaggà ca Adho yàva avãcito Samantà cakkavàëesu Ye sattà udakecarà Abyàpajjhà niverà ca Niddukkhà ca nupaddavà Uddhaÿ yàva bhavaggà ca Adho yàva avãcito Samantà cakkavàëesu Ye sattà àkàsecarà Abyàpajjhà niverà ca Niddukkhà ca nupaddavà