Jumat, 21 Oktober 2016

Sejarah Agama Buddha

Sejarah agama Buddha mulai dari abad ke-6 SM sampai sekarang dari lahirnya sang Buddha Siddharta Gautama. Dengan ini, ini adalah salah satu agama tertua yang masih dianut di dunia. Selama masa ini, agama ini sementara berkembang, unsur kebudayaan India, ditambah dengan unsur-unsur kebudayaan Helenistik (Yunani), Asia TengahAsia Timur dan Asia Tenggara. Dalam proses perkembangannya ini, agama ini praktis telah menyentuh hampir seluruh benua Asia. Sejarah agama Buddha juga ditandai dengan perkembangan banyak aliran dan mazhab, serta perpecahan-perpecahan. Yang utama di antaranya adalah aliran tradisi Theravada ,Mahayana, dan Vajrayana (Bajrayana), yang sejarahnya ditandai dengan masa pasang dan surut.

Kehidupan Buddha


Menurut tradisi Buddha, tokoh historis Buddha Siddharta Gautama dilahirkan dari suku Sakya pada awal masa Magadha (546324 SM), di sebuah kota, selatan pegunungan Himalaya yang bernama Lumbini. Sekarang kota ini terletak di Nepal sebelah selatan. Ia juga dikenal dengan nama Sakyamuni (harafiah: orang bijak dari kaum Sakya").

Setelah kehidupan awalnya yang penuh kemewahan di bawah perlindungan ayahnya, raja Kapilavastu (kemudian hari digabungkan pada kerajaan Magadha), Siddharta melihat kenyataan kehidupan sehari-hari dan menarik kesimpulan bahwa kehidupan nyata, pada hakekatnya adalah kesengsaraan yang tak dapat dihindari. Siddharta kemudian meninggalkan kehidupan mewahnya yang tak ada artinya lalu menjadi seorang pertapa. Kemudian ia berpendapat bahwa bertapa juga tak ada artinya, dan lalu mencari jalan tengah (majhima patipada ). Jalan tengah ini merupakan sebuah kompromis antara kehidupan berfoya-foya yang terlalu memuaskan hawa nafsu dan kehidupan bertapa yang terlalu menyiksa diri.

Di bawah sebuah pohon bodhi, ia berkaul tidak akan pernah meninggalkan posisinya sampai ia menemukan Kebenaran. Pada usia 35 tahun, ia mencapai Pencerahan. Pada saat itu ia dikenal sebagai Gautama Buddha, atau hanya "Buddha" saja, sebuah kata dalamSanskerta yang berarti "ia yang sadar" (dari kata budh+ta).

Untuk 45 tahun selanjutnya, ia menelusuri dataran Gangga di tengah India (daerah mengalirnya sungai Gangga dan anak-anak sungainya), sembari menyebarkan ajarannya kepada sejumlah orang yang berbeda-beda.

Keengganan Buddha untuk mengangkat seorang penerus atau meresmikan ajarannya mengakibatkan munculnya banyak aliran dalam waktu 400 tahun selanjutnya: pertama-tama aliran-aliran mazhab Buddha Nikaya, yang sekarang hanya masih tersisa Theravada, dan kemudian terbentuknya mazhab Mahayana, sebuah gerakan pan-Buddha yang didasarkan pada penerimaan kitab-kitab baru.


Tahap awal agama Buddha


Sebelum disebarkan di bawah perlindungan maharaja Asoka pada abad ke-3 SM, agama Buddha kelihatannya hanya sebuah fenomena kecil saja, dan sejarah peristiwa-peristiwa yang membentuk agama ini tidaklah banyak tercatat. Dua konsili (sidang umum) pembentukan dikatakan pernah terjadi, meski pengetahuan kita akan ini berdasarkan catatan-catatan dari kemudian hari. Konsili-konsili (juga disebut pasamuhan agung) ini berusaha membahas formalisasi doktrin-doktrin Buddhis, dan beberapa perpecahan dalam gerakan Buddha.





Konsili Buddha Pertama (abad ke-5 SM)


Konsili pertama Buddha diadakan tidak lama setelah Buddha wafat di bawah perlindungan raja Ajatasattu dari Kekaisaran Magadha, dan dikepalai oleh seorang rahib bernamaMahakassapa, di Rajagaha(sekarang disebut Rajgir). Tujuan konsili ini adalah untuk menetapkan kutipan-kutipan Buddha (sutta (Buddha)) dan mengkodifikasikan hukum-hukummonastik (vinaya): Ananda, salah seorang murid utama Buddha dan saudara sepupunya, diundang untuk meresitasikan ajaran-ajaran Buddha, dan Upali, seorang murid lainnya, meresitasikan hukum-hukum vinaya. Ini kemudian menjadi dasar kanon Pali, yang telah menjadi teks Referensi dasar pada seluruh masa sejarah agama Buddha.

Konsili Kedua Buddha (383 SM)


Konsili kedua Buddha diadakan oleh raja Kalasoka di Vaisali, mengikuti konflik-konflik antara mazhab tradisionalis dan gerakan-gerakan yang lebih liberal dan menyebut diri mereka sendiri kaum Mahasanghika.

Mazhab-mazhab tradisional menganggap Buddha adalah seorang manusia biasa yang mencapai pencerahan, yang juga bisa dicapai oleh para bhiksu yang mentaati peraturan monastik dan mempraktikkan ajaran Buddha demi mengatasi samsara dan mencapai arhat. Namun kaum Mahasanghika yang ingin memisahkan diri, menganggap ini terlalu individualistis dan egois. Mereka menganggap bahwa tujuan untuk menjadi arhat tidak cukup, dan menyatakan bahwa tujuan yang sejati adalah mencapai status Buddha penuh, dalam arti membuka jalan paham Mahayana yang kelak muncul. Mereka menjadi pendukung peraturan monastik yang lebih longgar dan lebih menarik bagi sebagian besar kaum rohaniwan dan kaum awam (itulah makanya nama mereka berarti kumpulan "besar" atau "mayoritas").

Konsili ini berakhir dengan penolakan ajaran kaum Mahasanghika. Mereka meninggalkan sidang dan bertahan selama beberapa abad di Indian barat laut dan Asia Tengahmenurut prasasti-prasasti Kharoshti yang ditemukan dekat Oxus dan bertarikh abad pertama.

Paritta Kebaktian Umum

PARITTA KEBAKTIAN UMUM 

1. PEMBUKAAN 

Pemimpin Kebaktian memberi tanda kebaktian dimulai (dengan gong, lonceng dan sebagainya). Pemimpin Kebaktian menyalakan lilin, dupa dan melektakkan dupa di tempatnya, sementara hadirin duduk dan bertumpu lutut dengan bersikap a¤jali. Setelah dupa diletakkan di tempatnya, Pemimpin Kebaktian beserta para hadirin menghormat dengan menundukkan kepala (sikap a¤jali dengan menyentuh dahi). 

2. NAMAKâRA GâTHâ 

Arahaÿ Sammà Sambuddho Bhagavà, 
Buddhaÿ Bhagavantaÿ abhivàdemi. 
(namaskàra) 

Svàkkhàto Bhagavatà Dhammo, 
Dhammaÿ namassàmi. 
(namaskàra) 

Supañipanno Bhagavato sàvakasaïgho, 
Saïghaÿ namàmi. 
(namaskàra) 

DOA SUJUD 

Sang Bhagavà, Yang Maha Suci, Yang telah mencapai penerangan sempurna; aku bersujud di hadapan Sang Buddha, Sang Bhagavà. 

(bersujud) 

Dhamma telah sempurna dibabarkan oleh Sang Bhagavà; aku bersujud di hadapan Dhamma. 

(bersujud) 
Saïgha siswa Sang Bhagavà telah bertindak sempurna; aku bersujud di hadapan Saïgha. 

(bersujud) 

*) Sikap dalam namaskara : 1. lutut, 2. ujung jari-jari kaki, 3. dahi, 4. siku, 5. telapak tangan, menyentuh lantai. 

3. PæJâ GâTHâ 

Yamamha kho mayaÿ Bhagavantaÿ saraõaÿ gatà, Uddissa pabbajjità yo no Bhagavà satthà, yassa ca mayaÿ Bhagavato Dhammaÿ rocema, imehi sakkàrehi taÿ Bhagavantaÿ sasadhammaÿ sasàvaka-saïghaÿ abhipåjayàma. 

SYAIR PERSEMBAHAN 

Kami berlindung kepada Sang Bhagavà. Dengan meninggalkan rumah untuk menempuh kehidupan suci, kami menjunjung Sang Bhagavà. Dalam Dhamma Sang Bhagavà kami berbahagia. Dengan persembahan ini kami melakukan puja kepada Sang Bhagavà, Dhamma sejati serta Saïgha para siswa. 

4. PUBBABHâGANAMAKâRA 

Pemimpin Kebaktian : 
Handa mayaÿ Buddhasa Bhagavato pubbabhàganamakàraÿ karoma se. 
Marilah kita mengucapkan penghormatan awal kepada Sang Buddha, Sang Bhagavà 

Bersama-sama : 
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammà Sambuddhassa 
(tiga kali) 

PENGHORMATAN AWAL 

Terpujilah Sang Bhagavà, Yang Maha Suci, 
Yang telah mencapai Penerangan Sempurna. (tiga kali) 

5. TISARAöA 

Pemimpin Kebaktian : 
Handa mayaÿ tisaraõagamanapàñham karoma se. 
Marilah kita mengucapkan Tiga Perlindungan. 

Bersama-sama : 
Buddhaÿ saraõaÿ gacchàmi 
Dhammaÿ saraõaÿ gacchàmi 
Saïghaÿ saraõaÿ gacchàmi 

Dutiyampi Buddhaÿ saraõaÿ gacchàmi 
Dutiyampi Dhammaÿ saraõaÿ gacchàmi 
Dutiyampi Saïghaÿ saraõaÿ gacchàmi 

Tatiyampi Buddhaÿ saraõaÿ gacchàmi 
Tatiyampi Dhammaÿ saraõaÿ gacchàmi 
Tatiyampi Saïghaÿ saraõaÿ gacchàmi 

TIGA PERLINDUNGAN 

Aku berlindung kepada Buddha 
Aku berlindung kepada Dhamma 
Aku berlindung kepada Saïgha 
Untuk kedua kalinya aku berlindung kepada Buddha 
Untuk kedua kalinya aku berlindung kepada Dhamma 
Untuk kedua kalinya aku berlindung kepada Saïgha 

Untuk ketiga kalinya aku berlindung kepada Buddha 
Untuk ketiga kalinya aku berlindung kepada Dhamma 
Untuk ketiga kalinya aku berlindung kepada Saïgha 

6. PA¥CASäLA 

Pemimpin Kebaktian : 
Handamayaÿ pa¤casikkhàpadapàñham karoma se. 
Marilah kita mengucapkan kelima latihan Sila. 

Bersama-sama : 
Pànàtipàtà veramaõã sikkhàpadaÿ samàdiyàmi 
Adinnàdànà veramaõã sikkhàpadaÿ samàdiyàmi 
Kàmesu micchàcàrà veramaõã sikkhàpadaÿ samàdiyàmi 
Musàvàdà veramaõã sikkhàpadaÿ samàdiyàmi 
Surāmeraya majjapamādatthānā veramaõã sikkhà-padaÿ samàdiyàmi 

LIMA LATIHAN SILA 

Aku bertekad akan melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup. 
Aku bertekad akan melatih diri menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan. 
Aku bertekad akan melatih diri menghindari perbuatan asusila. 
Aku bertekad akan melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar. 
Aku bertekad akan melatih diri menghindari segala minuman keras yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran. 
7. BUDDHâNUSSATI 

Pemimpin Kebaktian : 
Handa mayaÿ Buddhànussatinayaÿ karoma se. 
Marilah kita merenungkan sifat-sifat mulia Buddha. 

Bersama-sama : 
Itipi so Bhagavà Arahaÿ Sammà-sambuddho, Vijjàcaraõasampanno Sugato lokavidå, 
Anuttaro Purisadammasàrathi Satthà devamanussà-naÿ Buddho Bhagavàti. 

PERENUNGAN TERHADAP SIFAT-SIFAT MULIA BUDDHA 

Demikianlah Sang Bhagavà, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna, sempurna pengetahuan serta tindak-tandukNya, sempurna menempuh Sang Jalan (ke Nibbàna), Pengenal Segenap Alam, Pembimbing Manusia Yang Tiada Taranya, Guru para dewa dan manusia, Yang Sadar (Bangun), Yang Patut Dimuliakan. 

8. DHAMMâNUSSATI 

Pemimpin Kebaktian : 
Handa mayaÿ Dhammànussatinayaÿ karoma se. 
Marilah kita merenungkah sifat-sifat mulia Dhamma. 

Bersama-sama : 
Svàkkhàto Bhagavatà Dhammo, Sandiññhiko akàliko ehipassiko, Opanayiko paccattaÿ veditabbo vi¤¤uhãti. 
PERENUNGAN TERHADAP SIFAT-SIFAT MULIA DHAMMA 

Dhamma Sang Bhagavà telah sempurna dibabarkan; berada sangat dekat, tak lapuk oleh waktu, mengundang untuk dibuktikan; menuntun ke dalam batin, dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing. 

9. SAðGHâNUSSATI 

Pemimpin Kebaktian : 
Handa mayaÿ Saïghànussatinayaÿ karoma se. 
Marilah kita merenungkah sifat-sifat mulia Saïgha. 

Bersama-sama : 
Supañipanno Bhagavato sàvakasaïgho, 
Ujupañipanno Bhagavato sàvakasaïgho, 
¥àyapañipanno Bhagavato sàvakasaïgho, 
Sàmicipañipanno Bhagavato sàvakasaïgho. 
Yadidaÿ: cattàri purisayugàni aññapurisa puggalà, Esa Bhagavato sàvakasaïgho, àhuneyyo pàhuneyyo dakkhiõeyyo a¤jalikaraõiyyo. Anuttaraÿ pu¤¤a-kkhettaÿ lokassàti. 

PERENUNGAN TERHADAP SIFAT-SIFAT MULIA SAðGHA 

Saïgha siswa Sang Bhagavà telah bertindak baik 
Saïgha siswa Sang Bhagavà telah bertindak lurus 
Saïgha siswa Sang Bhagavà telah bertindak benar 
Saïgha siswa Sang Bhagavà telah bertindak patut. 
Yaitu: empat pasang makhluk, terdiri delapan jenis makhluk suci(*). Itulah Saïgha siswa Sang Bhagavà; 
Patut menerima pemberian, tempat bernaung, persembahan serta penghormatan. Lapangan untuk menanam jasa yang tiada taranya di dunia. 

(*) Mereka disebut Ariya Saïgha, makhluk-makhluk yang telah mencapai Sotàpatti Magga dan Phala, Sakàdàgami Magga dan Phala, ânàgami Magga dan Phala dan Arahatta Magga dan Phala. 

10. SACCAKIRIYA GâTHâ 

Pemimpin Kebaktian : 
Handa mayaÿ saccakiriyagàthàyo karoma se. 
Marilah kita mengucapkan Pernyataan Kebenaran.. 

Bersama-sama : 
Natthi me saraõaÿ a¤¤aÿ 
Buddho me saraõaÿ varaÿ 
Etena saccavajjena 
Sotthi me/te hotu sabbadà 

Natthi me saraõaÿ a¤¤aÿ 
Dhammo me saraõaÿ varaÿ 
Etena saccavajjena 
Sotthi me/te hotu sabbadà 

Natthi me saraõaÿ a¤¤aÿ 
Saïgho me saraõaÿ varaÿ 
Etena saccavajjena 
Sotthi me/te hotu sabbadà 
PERNYATAAN KEBENARAN 

Tiada perlindung lain bagiku, 
Sang Buddha-lah sesungguhnya pelindungku. 
Berkat kesungguhan pernyataan ini, 
semoga aku/anda selamat sejahtera. 

Tiada perlindung lain bagiku, 
Dhamma-lah sesungguhnya pelindungku. 
Berkat kesungguhan pernyataan ini, 
semoga aku/anda selamat sejahtera. 

Tiada perlindung lain bagiku, 
Saïgha-lah sesungguhnya pelindungku. 
Berkat kesungguhan pernyataan ini, 
semoga aku/anda selamat sejahtera. 

11. MAðGALA SUTTA 

Pemimpin Kebaktian : 
Handa mayaÿ maïgala suttaÿ bhaõàma se. 
Marilah kita mengucapkan Sutta tentang Berkah Utama. 

Bersama-sama : 
Evamme suttaÿ. Ekaÿ samayaÿ Bhagavà Sàvatthiyaÿ viharati Jetavane Anàthapiõóikassa àràme. Atha kho a¤¤atàrà devatà abhikkantàya rattiyà, abhikkantavaõõà kevalakappaÿ Jetavanaÿ obhàsetva, yena Bhagavà, Tenupasaïkami; upasaïkamitvà Bhagavantaÿ abhivàdetvà ekamantaÿ aññhàsi. Ekamantaÿ ñhità kho sà devatà Bhagavantaÿ gàthàya ajjhabhàsi: 
Bahå devà manussà ca 
Maïgalàni acintayuÿ 
âkaïkhamànà sotthànaÿ 
Bråhi maïgalamuttamaÿ 

Asevanà ca bàlànaÿ 
Paõóitàna¤ca sevanà 
Påjà ca påjaniyànaÿ 
Etammaïgalamuttamaÿ. 

Pañiråpadesavàso ca 
Pubbe ca katapu¤¤atà 
Attasamàpaõidhi ca 
Etammaïgalamuttamaÿ. 

Bàhusacca¤ca sippa¤ca 
Vinayo ca susikkhito 
Subhàsità ca yà vàcà 
Etammaïgalamuttamaÿ. 

Màtà pitu upaññhànaÿ 
Puttadàrassa saïgaho 
Anàkulà ca kammantà 
Etammaïgalamuttamaÿ. 

Dàna¤ca Dhammacariyà ca 
¥àtakàna¤ca saïgaho 
Anavajjàni kammàni 
Etammaïgalamuttamaÿ. 

ârati viratã pàpà 
Majjapànà ca sa¤¤amo 
Apamàdo ca dhammesu 
Etammaïgalamuttamaÿ. 
Gàravo ca nivàto ca 
Santuññhã ca kata¤¤utà 
Kàlena Dhammassavanaÿ 
Etammaïgalamuttamaÿ. 

Khanti ca sovaccassatà 
Samaõàna¤ca dassanaÿ 
Kàlena Dhammasàkacchà 
Etammaïgalamuttamaÿ. 

Tapo ca brahmacariya¤ca 
Ariyasaccàna dassanaÿ 
Nibbànasacchikiriyà ca 
Etammaïgalamuttamaÿ. 

Phuññhassa lokadhammehi 
Cittaÿ yassa na kampati 
Asokaÿ virajaÿ khemaÿ 
Etammaïgalamuttamaÿ. 

Etàdisàni katvàna 
Sabbatthamaparàjità 
Sabbattha sotthiÿ gacchanti 
Tantesaÿ maïgalamuttaman’ti. 

KHOTBAH TENTANG BERKAH UTAMA 

Demikianlah telah kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagavà menetap di dekat Savatthi di hutan Jeta di Vihara Anàthapindika. Maka datanglah dewa, ketika hari menjelang pagi, dengan cahaya yang cemerlang menerangi seluruh hutan Jeta. Menghampiri Sang Bhagavà dan menghormat Beliau, lalu berdiri di satu sisi. Sambil berdiri di satu sisi, dewa itu berkata kepada Sang Bhagavà dalam syair ini:

Banyak dewa dan manusia, 
berselisih paham tentang berkah 
yang diharap membawa keselamatan, 
terangkanlah, apakah berkah utama itu? 

“Tak bergaul dengan orang yang tak bijaksana, 
bergaul dengan mereka yang bijaksana 
Menghormat kepada mereka yang patut dihormat, 
itulah berkah utama. 

Hidup di tempat yang sesuai, 
berkat jasa-jasa dalam kehidupan yang lampau, 
Menuntun diri ke arah yang benar, 
itulah berkah utama. 

Memiliki pengetahuan dan keterampilan, 
terlatih baik dalam tata susila, 
Ramah tamah dalam ucapan, 
itulah berkah utama. 

Membantu ayah dan ibu, 
menyokong anak dan istri, 
Bekerja bebas dari pertentangan, 
itulah berkah utama. 

Berdana dan hidup sesuai dengan Dhamma, 
menolong sanak keluarga, 
Bekerja tanpa cela, 
itulah berkah utama. 

Menjauhi, tak melakukan kejahatan, 
menghindari minuman keras, 
Tekun melaksanakan Dhamma, 
itulah berkah utama. 

Selalu hormat dan rendah hati, 
merasa puas dan berterima kasih, 
Mendengarkan Dhamma pada saat yang sesuai, 
itulah berkah utama. 

Sabar, rendah hati bila diperingatkan, 
mengunjungi para pertapa, 
Membahas dhamma pada saat yang sesuai, 
itulah berkah utama. 

Bersemangat menjalankan hidup suci, 
menembus Empat Kesunyataan Mulia, 
Serta mencapai Nibbàna, 
itulah berkah utama. 

Meski digoda oleh hal-hal duniawi, 
namun batin tak tergoyahkan 
Tiada susah, tanpa noda, penuh damai, 
itulah berkah utama. 

Karena dengan mengusahakan hal-hal itu, 
manusia tak terkalahkan di mana pun juga, 
Serta berjalan aman kemana juga, 
itulah berkah utama.” 

12. KARAöäYAMETTA SUTTA 

Pemimpin Kebaktian : 
Handa mayaÿ karaõãyamettasuttaÿ bhaõàma se. 
Marilah kita mengucapkan Sutta tentang Kasih Sayang yang harus dikembangkan.

Bersama-sama : 
Karaõãyamatthakusalena 
yantaÿ santaÿ padaÿ abhisamecca, 
Sakko ujå ca suhujå ca 
suvaco cassa mudu anatimànã, 

Santussako ca subharo ca 
appakicco ca sallahukavutti, 
Santindriyo ca nipako ca 
appagabbho kulesu ananugiddho, 

Na ca khuddaÿ samàcare ki¤ci 
yena vi¤¤å pare upavadeyyuÿ, 
Sukhino và khemino hontu 
sabbe sattà bhavantu sukhitattà, 

Ye keci pàõabhåtatthi 
tasà và thàvarà và anavasesà, 
Dãghà và ye mahantà và 
majjhimà rassakà anukathålà, 

Diññhà và ye va adiññhà 
ye ca dåre vasanti avidåre, 
Bhåtà và sambhavesã và 
sabbe sattà bhavantu sukhitattà, 

Na paro paraÿ nikubbetha 
nàtima¤¤etha katthaci naÿ ka¤ci, 
Byàrosanà pañãghasa¤¤à 
nतama¤¤assa dukkhamiccheyya, 

Màtà yathà niyaÿ puttaÿ 
àyusà ekaputtamanurakkhe, 
Evampi sabbabhåtesu 
mànasambhàvaye aparimàõaÿ, 
Metta¤ca sabbalokasmiÿ 
mànasambhàvaye aparimàõaÿ, 
Uddhaÿ adho ca tiriya¤ca 
asambhàdhaÿ averaÿ asapattaÿ, 

Tiññha¤caraÿ nisinno và 
sayàno và yàvatassa vigatamiddho, 
Etaÿ satiÿ adhiññheyya 
brahmametaÿ vihàraÿ idhamàhu, 

Diññhi¤ca anupagamma 
sãlavà dassanena sampanno, 
Kàmesu vineyya gedhaÿ 
na hi jàtu gabbhaseyyaÿ punaretãti. 

SUTTA TENTANG KASIH SAYANG YANG HARUS DIKEMBANGKAN 

Inilah yang harus dikerjakan oleh mereka 
yang tangkas dalam kebajikan, 
Untuk mencapai ketenangan. 
Ia harus mampu, jujur, sungguh jujur; 
rendah hati, lemah lembut, tiada sombong. 

Merasa puas, mudah disokong/dilayani; 
tiada sibuk, sederhana hidupnya, 
Tenang inderanya, berhati-hati; 
tahu malu, tak melekat pada keluarga. 

Tak berbuat kesalahan walaupun kecil, 
yang dapat dicela oleh Para Bijaksana, 
Hendaklah ia berpikir: Semoga semua makhluk berbahagia dan tentram, 
Semoga semua makhluk berbahagia. 
Makhluk hidup apa pun juga, 
yang lemah dan kuat tanpa kecuali, 
Yang panjang atau besar; 
yang sedang, pendek, kecil atau gemuk. 

Yang tampak atau tak tampak, 
yang jauh atau pun dekat, 
Yang terlahir atau yang akan lahir, 
semoga semua makhluk berbahagia. 

Jangan menipu orang lain, 
atau menghina siapa saja, 
Jangan karena marah dan benci, 
mengharap orang lain celaka. 

Bagaikan seorang ibu yang mempertaruhkan jiwanya, 
melindungi anaknya yang tunggal, 
Demikianlah terhadap semua makhluk, 
Dipancarkannya pikiran (kasih sayangnya) tanpa batas. 

Kasih sayangnya ke segenap alam semesta, 
dipancarkannya pikiran itu tanpa batas, 
Ke atas, ke bawah dan ke sekeliling; 
tanpa rintangan, tanpa benci dan permusuhan. 

Selagi berdiri, berjalan atau duduk; 
atau berbaring, selagi tiada lelap, 
Ia tekun mengembangkan kesadaran ini, 
yang dikatakan: Berdiam dalam Brahma. 

Tiada berpegang pada pandangan salah (tentang atta/aku), 
dengan sila dan pengelihatan yang sempurna, 
Hingga bersih dari nafsu indera,, 
ia tak akan lahir dalam rahim mana pun juga. 

13. BRAHMA VIHâRAPHARAöâ 

Pemimpin Kebaktian : 
Handamayaÿ Brahmavihàrapharaõà bhaõàma se. 
Marilah kita memanjatkan peresepan kediaman luhur. 

Bersama-sama : 
(Mettà): 
Ahaÿ sukhito homi 
Niddukkho homi 
Avero homi 
Abyàpajjho homi 
Anãgho homi 
Sukhi attànaÿ pariharàmi 

Sabbe sattà sukhità hontu 
Niddhukkà hontu 
Averà hontu 
Abyàpajjhà hontu 
Anãghà hontu 
Sukhã attànaÿ pariharantu 

(Karunà): 
Sabbe sattà 
Dukkhà pamuccantu 

(Mudità): 
Sabbe sattà 
Mà laddhasampattito Vigacchantu 
(Upekkhà): 
Sabbe sattà 
Kammassakà 
Kammadàyàdà 
Kammayonã 
Kammabandhå 
Kammapañisaraõà 
Yaÿ kammaÿ karissanti 
Kalyànaÿ và pàpakaÿ và 
Tassa dàyàdà bhavissanti 

PERESAPAN KEDIAMAN LUHUR 

(Cinta kasih) 
Semoga aku berbahagia, 
Bebas dari pederitaan, 
Bebas dari kebencian, 
Bebas dari penyakit, 
Bebas dari kesukaran, 
Semoga aku dapat mempertahankan kebahagiaanku sendiri. 

Semoga semua makhluk berbahagia, 
Bebas dari penderitaan, 
Bebas dari kebencian, 
Bebas dari penyakit, 
Bebas dari kesukaran, 
Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaan mereka sendiri. 

(Belas kasihan) 
Semoga semua makhluk 
Bebas dari penderitaan. 

(Simpati) 
Semoga semua makhluk 
Tidak kehilangan kesejahteraan yang telah mereka peroleh. 
(Keseimbangan) 
Semua makhluk 
Memiliki karmanya sendiri, 
Mewarisi karmanya sendiri, 
Lahir dari karmanya sendiri, 
Berhubungan dengan karmanya sendiri, 
Terlindung oleh karmanya sendiri, 
Apappun karma yang diperbuatnya 
Baik atau buruk, 
Itulah yang akan diwarisinya. 

14. ABHIöHAPACCAVEKKHAöA 

Pemimpin Kebaktian : 
Handa mayaÿ Abhiõhapaccavekkhanapàthaÿ bhanàma se. 
Marilah kita mengucapkan Perenungan Kerap Kali. 

Bersama-sama : 
Jaràdhammomhi 
Jaraÿ anatãto 
Byàdhidhammomhi 
Byàdhiÿ anatãto 
Maraõadhammomhi 
Maraõaÿ anatãto 
Sabbhehi me piyehi manàpehi nànàbhàvo vinàbhàvo 

Kammassakomhi 
Kammàdàyado 
Kammayoni 
Kammabandhu 
Kammapañisarano 
Yaÿ kammaÿ karissàmi 
Kalyàõaÿ và pàpakaÿ và 
Tassa dàyàdo bhavissàmãti 
Evaÿ amhehi abhiõhaÿ paccavekkhitabbhaÿ. 

PERENUNGAN SETIAP SAAT 

Aku akan menderita usia tua, 
Aku belum mengatasi usia tua, 
Aku akan menderita sakit, 
Aku belum mengatasi penyakit, 
Aku akan menderita kematian, 
Aku belum mengatasi kematian. 
Segala milikku yang kucintai dan kusenangi akan berubah, akan terpisah dariku. 

Aku adalah pemilik karmaku sendiri, 
Pewaris karmaku sendiri, 
Lahir dari karmaku sendiri, 
Berhubungan dengan karmaku sendiri, 
Terlindung oleh karmaku sendiri, 
Apa pun karma yang kuperbuat, 
Baik atau buruk, 
Itulah yang akan kuwarisi. 
Hendaklah ini kerap kali direnungkan. 

15. METTâ BHâVANâ 

Imàya dhammànu dhamma 
patipattiyà buddhaÿ påjemi 
Imàya dhammànu dhamma 
patipattiyà dhammaÿ påjemi 
Imàya dhammànu dhamma 
patipattiyà saïghaÿ påjemi 
Imàya dhammànu dhamma 
patipattiyà màtà pitaro påjemi 
Imàya dhammànu dhamma 
patipattiyà àcariye påjemi 

Ahaÿ avero homi 
Abyàpajjho homi 
Anãgho homi 
Sukhã attànaÿ pariharàmi 

Mama màtà pitu 
âcariyàca, ¤àtimittàca 
Sabrahma càrinoca 
Averà hontu 
Abyàpajjhà hontu 
Anãghà hontu 
Sukhã attànaÿ pariharantu 

Imasmiÿ àràme, sabbe yogino 
Averà hontu 
Abyàpajjhà hontu 
Anãghà hontu 
Sukhã attànaÿ pariharantu 

Imasmiÿ àràme 
Sabbe bhikkhå 
Sàmaneràca 
Upàsakà upasikàyo ca 
Averà hontu 
Abyàpajjhà hontu 
Anãghà hontu 
Sukhã attànaÿ pariharantu 
Amhàkaÿ catuppaccaya dàyakà 
Averà hontu 
Abyàpajjhà hontu 
Anãghà hontu 
Sukhã attànaÿ pariharantu 

Amhàkaÿ àrakkha devatà 
Imasmiÿ vihàre 
Imasmiÿ àvàse 
Imasmiÿ àràme, àrakkha devatà 
Averà hontu 
Abyàpajjhà hontu 
Anãghà hontu 
Sukhã attànaÿ pariharantu 

Sabbe sattà 
Sabbe pànà 
Sabbe bhåtà 
Sabbe puggalà 
Sabbe attabhàva – pariyàpannà 
Sabbà itthiyo 
Sabbe purisà 
Sabbe ariyà 
Sabbe anariyà 
Sabbe devà 
Sabbe manussà 
Sabbe vinipàtikà 
Averà hontu 
Abyàpajjhà hontu 
Anãghà hontu 
Sukhã attànaÿ pariharantu 

Dukkhà muccantu 
Yathà laddha saÿpattito màvigacchantu 
Kammassakà 
Puratthimàya disàya 
Pacchimàya disàya 
Uttaràya disàya 
Dakkhinàya disàya 
Puratthimàya anudisàya 
Pacchimàya anudisàya 
Uttaràya anudisàya 
Dakkhinàya anudisàya 
Hetthimàya disàya 
Uparimàya disàya 
Sabbe sattà 
Sabbe pànà 
Sabbe bhåtà 
Sabbe puggalà 
Sabbe attabhàva – pariyàpannà 
Sabbà itthiyo 
Sabbe purisà 
Sabbe ariyà 
Sabbe anariyà 
Sabbe devà 
Sabbe manussà 
Sabbe vinipàtikà 
Averà hontu 
Abyàpajjhà hontu 
Anãghà hontu 
Sukhã attànaÿ pariharantu 

Dukkhà muccantu 
Yathà laddha sampattito màvigacchantu 
Kammassakà 
Uddhaÿ yàva bhavaggà ca 
Adho yàva avãcito 
Samantà cakkavàëesu 
Ye sattà pathavãcarà 
Abyàpajjhà niverà ca 
Niddukkhà ca nupaddavà 

Uddhaÿ yàva bhavaggà ca 
Adho yàva avãcito 
Samantà cakkavàëesu 
Ye sattà udakecarà 
Abyàpajjhà niverà ca 
Niddukkhà ca nupaddavà 

Uddhaÿ yàva bhavaggà ca 
Adho yàva avãcito 
Samantà cakkavàëesu 
Ye sattà àkàsecarà 
Abyàpajjhà niverà ca 
Niddukkhà ca nupaddavà